Tuesday, February 21, 2012

0 Anglo Italian

Bila mengacu pada data pengoleksi trofi Liga Champions, La Liga Spanyol pantas untuk membusungkan dada karena hingga saat ini mereka masih mengungguli Itali (11) dan Inggris (12) dengan 13 trofi. Namun malangnya bagi pencinta La Liga, 13 trofi tersebut hanya tersebar ke dua klub, Madrid dan Barcelona. Berbeda dengan Itali dan Inggris yang pendistribusian trofi lebih dari dua klub. Ini megindikasikan bahwa kekuatan tim-tim Itali dan Inggirs jauh lebih merata ketimbang Spanyol. Berangkat dari data ini pula mengapa setiap pertemuan tim-tim Inggirs dan Itali selalu ketat dan diwarnai tensi tinggi. Probabilitas tim dari Itali dan Inggris bertemu memang lebih besar ketimbang dengan tim-tim dari Spanyol. Saking panasnya tiap pertandingan yang mempertemukan wakil Inggis dan Itali hingga media-media disana menjulukinya sebagai Anglo-Italian.

Setidaknya hingga musim 2010/2011, Anglo-Italian telah digelar sebanyak 76 kali, dengan 35 kemenangan untuk Inggris, 22 untuk Itali, dan 19 partai sisanya berakhir imbang. Musim ini Anglo-Italian kembali mentas kala Milan bersua Arsenal, dan Napoli kontra Chelsea. Bagi Milan, musim ini mereka membawa misi untuk mengakhiri kutukan tak lolos dari babak 16 besar, yang sialnya selalu tim Inggris yang menamatkan kisah mereka di Liga Champions selama 3 musim berturut-turut. Mulai dari Arsenal (2007/2008), MU (2009/2010), dan Tottenham Hotspur (2010/2011).

Meski tak punya unsur rivalitas tinggi dengan tim Inggris, Napoli datang ke panggung Liga Champions musim ini untuk membuktikan bahwa kejayaan Napoli telah kembali seperti pada era Maradona. Mereka tentu ingin mengikuti kisah Tottenham Hotspur musim lalu yang mampu lolos dari 16 besar meski berstatus tak diunggulkan sejak awal musim, sekaligus membalas dendam karena lawan yang disingkirkan Tottenham musim lalu adalah AC Milan.



Anglo-Italian Clash
Dan sekarang mari berbicara tentang Anglo-Italian Clash, tentang apa saja yang melatar belakangi sengitnya persaingan Inggris-Itali. Baik Milan-Napoli ataupun Arsenal-Chelsea boleh saja saling sikut di liga domestik, tapi bila konteknya Liga Champions, nasionalisme lah yang utama. Seperti ucapan Adriano Galliano saat Inter bertemu Muenchen di final Liga Champions 2009/2010,"Hanya orang bodoh yang tidak mendukung Inter Milan memenangi Liga Champions!". Padahal seperti yang kita ketahui, Milan dan Inter adalah saudara lama yang tak pernah akur baik didalam dan diluar lapangan.

Tim-tim Serie-A bermain dengan basis kontrol, teknik, dan full taktik. Sepakbola Itali masih menganut catenaccio karena itu sudah menjadi budaya bagi mereka walau sudah jauh berkembang dari era 60-an, era dimana Helenio Herrera memperkenalkan catenaccio bersama Inter Milan.

Soal akting bermain dan fungsi, tak ada yang bisa menandingi bek-bek Itali. Mereka selalu memperlihatkan ruang permainan ketimbang bagaimana cara mengumpan. Mereka lebih memilih memelototi gerakan lawan ketimbang membuka serangan. Dan bagi mereka mengontrol permainan dan lawan (uoma l'contro uomo) lebih utama daripada bermain cantik dan agresif. Pola ini jelas membutuhkan teknis dan seni yang tinggi. Sepakbola Itali tak berobsesi untuk bermain ofensif dan menciptakan banyak peluang. Untuk apa susah-susah membuat peluang hanya untuk satu gol? Itulah dasar pemikiran calcio! Ibarat kata, Itali memainkan sepakbola seperti pecatur Anatoly Karpov yang kuat bertahan, introvert, dan menyerang secara sistematis.

Berbeda dengan Inggris yang pola permainannya kental dengan kekuatan, kecepatan, dan pengendalian. Gaya bermain tim-tim Inggris sempat dicibir karena memainkan pola-pola yang terlalu spekulatif seperti long balls, direct passes, crossing, dan kick 'n rush. Pengamat sepakbola bahkan menamakan itu sebagai sebuah fenoma, tentunya sebagai sebuah sindiran. Soal tugas dan fungsi bermain, sepakbola Inggris membaginya sesuai dengan postur tubuh dan kemampuan pemain. Ada yang menggiring bola, menghadang lawan, hingga mengganggu kiper lawan.

Ketika bermain, tim-tim Inggris tak ingin menjadi budak hasil akhir, acuannya adalah efisiensi terhadap waktu. Sedangkan kunci bagi tim-tim Itali adalah efektifitas, mengacu kepada hasil akhir.

Kerasnya Anglo-Italian juga berdampak ke sisi non teknis. Liga Inggris dituding terlalu mementingkan sisi bisnis daripada prestasi timnas. Liga sebagai panggung hiburan ditaburi pemain-pemain bintang dari luar Inggris demi mementingkan tuntutan fans dan ambisi klub semata.Bila sebuah klub sepakbola umumnya selalu bermain dengan 12 orang, plus satu orang yang mereka sebut suporter, di Inggris terdapat pemain ke-13 yang mereka sebut uang! Begitu berdampaknya "pemain ke-13" ini hingga pada musim 2008/2009, 3 pertempuran Anglo-Italian semuanya dimenangi Inggris.

Musim 2008/2009 menjadi musim yang pahit bagi sepakbola Itali. Itali merasa dianiaya, dan bahkan pada kolom surat kabar disana tertulis: "Sepakbola kita telah dihancurkan Inggris". Sebab musababnya jelas, Inggris menciptakan ketimpangan dari sisi finansial dengan maraknya investor asing yang masuk kesana dan menjadikan klub bebas membeli pemain, sementara Itali sedang terlilit krisis ekonomi. Tak pelak Galliani pun menuding krisis ekonomi menjadi biang keladinya, namun Mourinho mengomentarinya dengan kalimat yang tentunya kontroversial,"Bagaimana mau bersaing? Klub Itali bermain 90 menit seminggu sedangkan Inggris 12 jam seminggu!"

Inggris selalu mengklaim sebagai tanah lahirnya sepakbola, namun sedikit cerita tentang Marco Polo mungkin bisa menjadi pertimbangan untuk mengamini atau tidak pernyataan pihak Inggris itu. Saat Marco Polo kembali ke Venezia usai berpetualang dari Cina, India, hingga Sumatra. Ia tak hanya membawa mi yang kemudian diubah menjadi spagheti, tetapi juga kisah tentang Tsu Chu yang membuat Giovanni Bardi bisa menulis dasar-dasar calcio pada 1580. "All roads may yet lead to Rome", banyak jalan menuju Roma. Tapi, mau dari mana saja untuk menuju Roma, tak ada bukti bahwa Itali belajar sepakbola dari Inggris. #

0 comments:

Post a Comment

 

Gemahpedia Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates