"Apakah Anda mencintai
timnas Indonesia?"
"Anda pikir untuk apa
saya datang kesini?"
Petikan percakapan itu hadir
di sela-sela Acara BBM Show yang disiarkan Indosiar. Saat itu Alfred Riedl
datang sebagai tamu dan menjawab beberapa pertanyaan di acara itu. Seperti
biasa, sikapnya yang dingin dan mahal senyum masih terlihat jelas di wajahnya
yang kian menua.
PSSI versi La Nyalla
Mattalitti (LNM) melakukan langkah cepat usai kongres KPSI dengan memasukkan
nama Riedl dan Rahmad Darmawan untuk mengisi pos pelatih timnas senior dan
U-23. Indonesia yang sudah menjadikan Riedl dan istri sebagai tempat tinggal
yang nyaman, ditambah kedekatannya dengan banyak pihak ketika berada di
Indonesia menjadikan rencana PSSI versi La Nyalla itu bak gayung bersambut. Tak
nampak sedkit pun kode penolakan dari pria Autria itu.
Tak mau ketinggalan, PSSI
versi Djohar Arifin Husain (DAH) pun menunjuk arsitek tim Kebau Sirah Semen
Padang, Nil Maizar sebagai pelatih kepala timnas senior. Ditambah lagi
kebebasan untuk menyeleksi pemain termasuk mereka yang tergabung di ISL, liga
yang pada rezim DAH ini dianggap sebagai breakaway league. Kedua PSSI
ini tengah bersiap-siap untuk mengikuti turnamen Al-Nakba di Palestina, 13-23
Mei nanti.
Kita semakin gusar dan
gundah saja melihat sepakbola kita. Kini kita punya 2 federasi sepakbola dan 2
tim nasional. Entah dimana lagi kita harus menempatkan konsentrasi.
Padahall infrastruktur masih minim, pembinaan usia dini masih jauh panggang
dari api, federasi yang bertugas menyelesaikan masalah pun masih sedang mencari
jati diri.
Lubang Jarum Ke-3
Kisruh sepakbola kita
dimulai saat kepengurusan Nurdin Halid, dengan tema saat itu adalah statuta.
Ya, saat itu statuta menjadi perdebatan panas dimana PSSI dituding melakukan
penyelewengan. Timnas saat itu terancam gagal tampil di Piala AFF bahkan
bisa-bisa dikenakan larangan tampil di kancah internasional akibat keributan
pengurus, dualisme kompetisi, serta campur tangan pemerintah. Namun rintangan
mampu kita tebas, timnas berlaga di Piala AFF dan kemudian rezim Hurdin Halid
pun tumbang.
Singkat cerita, DAH naik
singgasana PSSI. Hari itu adalah hari Sabtu, dan pada hari Rabu ia langsung
membuat publik terhenyak ketika memecat Riedl. Keputusan yang membuat banyak
orang berang mengingat Riedl telah kadung menjadi pujaan. Dampak memang tak
terasa karena timnas mampu melangkah ke putaran kualifikasi Piala Dunia 2014.
Walau pada akhirnya timnas kita babak belur dikalahkan Bahrain 10-0 pada laga
terakhir kualifiasi grup.
Belum genap setahun, PSSI
kisruh lagi. Kali ini masalah format dan peserta kompetisi yang menjadi
pemantik api. Tak kunjung ketemu titik ekuilibrium, muncullah dualisme
kompetisi. Seperti ketika era NH, pelakunya masih sama yakni IPL dan ISL. Hanya
saja kali ini IPL berada ditangan penguasa sehingga dianggap liga yang legal
dan ISL sebaliknya. Lagi-lagi, media menghembuskan berita tak sedap bahwa
timnas U-23 akan dilarang tampil di SEA GAMES 2011 dimana Indonesia menjadi
tuan rumah penyelenggaranya. Dan lagi-lagi, kita lolos dari lubang jarum untuk
yang kedua kalinya.
Piala AFF 2012 akan menjadi
'cobaan' pertama bila sanksi FIFA benar-benar datang dalam waktu dekat. Lantas
geliat apalagi yang akan dilakukan PSSI? Lobi tingkat tinggi seperti yang telah
dilakukan sebelum-sebelumnya? Yang pasti, kisruh PSSI kini jauh lebih panas
ketimbang sepakbola itu sendiri.