Saturday, December 31, 2011

0 Negri di Awan

Bak takdir, dipenghujung 2011 ini masalah negri kian mengalir. Salah satu yang harus mendapat sorotan tajam adalah kekerasan yang pecah diberbagai penjuru negri ini. Mesuji, Papua, dan Bima jelas sebuah sentilan bagi negara yang konon dibangun dari keramah-tamahan ini. Indonesia seakan menjadi ladang subur bagi tumbuh kembangnya kekerasan.

Alam yang kaya toh tak menjadikan rakyat di negri ini hidup makmur bak konglomerat, justru mengarah ke nasib yang melarat. Serasa tak ada lagi tempat yang aman dan nyaman untuk disinggahi, semua berkecamuk dan kehausan akan kasih. Banyak pemberontak yang lahir, dan bisa dimanfaatkan pada segala kondisi. Mulai dari usaha pengalihan isu, usaha penggulingan rezim, hingga politik pencitraan.

Masalah pemberontakan ini juga terjadi dalam sekup yang lebih kecil. Didunia sepakbola hal ini terasa sebagai bumbu penyedap ketatnya persaingan. AC Milan, kklub favorit saya ini punya pengalaman indah mengenai pemberontak atau bad boy. Oia, sebaiknya saya awali kisah tentang Milan Lab. Dalam 5 kali pergelaran final Liga Champions Eropa, Milan berhasil menapaki final sebanyak 3 kali (2003, 2005, dan 2007) dan 2 diantaranya mereka pulang sebagai kampiun. Bukan catatan yang mengagumkan memang, mengingat Barcelona dan MU pun mencatat statistik yang lebih baik. Namun yang menjadikan itu sebagai pencapaian yang hebat adalah karena Milan melakukannya dengan rataan usia pemain diatas 30 tahun. Usia dimana pemain sepakbola profesional biasanya mulai mengalami penurunan kualitas.

Milan Lab lah yang diklaim telah memuluskan langkah klub kepunyaan Silvio Berlusconi ini. Disana, pemain yang rentan cedera dan telah mengalami penurunan performa akan dipantau tingkat kebugarannya. Peralatan tercanggih juga turut melengkapi Milan Lab sehinnga mampu meminimalisir cedera panjang pemain. Paolo Maldini, Marcos Cafu, Jaap Stam, hingga Nelson Dida telah merasakan magisnya sentuhan Milan Lab hingga mereka mampu menunjukkan performa yang stabil diusia senja.

Kini Milan Lab seakan mempunyai spesialisasi baru sebagai karantina para bad boy, yang diawali dengan hijrahnya pemain-pemain seperti Zlatan Ibrahimovic, Kevin Prince Boateng, dan Robinho ke Milan. Alih-alih akan melahirkan banyak problem bagi klub, trisula maut itu justru menujukkan andil besar dalam usaha membawa gelar scudetto ke Milanello.

Ibrahimovic tercatat berulah ketika dirinya berseragam Barcelona, begitu pula dengan Robinho yang ngotot ingin pindah dari Manchester City. Prince Boateng? Lahir dari kehidupan keras di jalanan dan harus gonta-ganti klub karena sering membuat onar dan emosinya yang labil diatas lapangan. Datang ke Milan pada 2010, ketiganya mampu melupakan kelamnya masa lalu diklub sebelumnya. Singkat cerita, Milan Lab seakan mampu mengubah karakter pemain dan menjadikan Milan bagai rumah yang nyaman bagi para pemain. Bahkan ketika Leonardo menyeberang ke kubu Inter Milan sebagai pelatih, jajaran pelatih dan pemain Milan pun masih menaruh respek dan menyambutnya dengan hangat ketika bertandang ke stadion San Siro.

Terkait dengan rumor kedatangan Tevez, yang juga seorang bad boy, menarik untuk ditunggu apakah Milan Lab mampu mengubah karakter pembangkannya. Bila Milan Lab saja mampu mengubah karakter keras pemain yang kerap membuat kegaduhan, mengapa di negri ini tak mampu mewujudkan kondisi yang tenteram bagi warganya. Padahal, sopan santun dan keramahan merupaka elemen penyusun utama setiap warga negara Indonesia. Semua ini bukan karena karakter, tetapi karena keadaan. Keadaan dimana mereka harus tetap bertahan hidup, melawan yang merenggut hak mereka, dan kekerasan menjadi makanan yang pas untuk mengisi kekosongan perut mereka.

Masih adakah negri di awan itu, dimana kedamaian menjadi istananya?

Wednesday, October 19, 2011

0 UCL Matchday 3

Postingan ini memang telat, karena akan mengulas prediksi saya mengenai beberapa pertandingan yang melibatkan tim-tim top Eropa yang berlaga di Liga Champions Eropa. Tapi saya berani jamin, bahwa prediksi ini sudah saya buat sebelum kick off pertandingan dimulai, dan akan saya tampilkan juga hasil pertandingan tadi malam. Yah, siapa tau bisa jadi kerjaan sampingan, bahasa kerennya konsultan.

1. Napoli vs Bayern Muenchen.
Ulasan: Meski berjaya di era 90-an dengan Maradona sebagai pemain andalannya, kehadiran Napoli di pentas Liga Champions Eropa kali ini masih berlabel tim pendatang baru. Komposisi skuat yang mereka punya sebenarnya cukup mumpuni, tapi misi untuk mendapatkan poin di setiap laga kandang tampaknya lebih realistis. Belum lagi di Serie-A mereka berambisi besar untuk meraih scudetto. Sedangkan Muenchen musim ini datang dengan ambisi menggondol trofi. Skor akhir 1-1 cukup adil untuk kedua tim.

Hasil pertandingan: 1-1

2. Otelul Galati vs Manchester United
Ulasan: MU tidak menurunkan pemain kunci seperti Rooney, Chicarito, dan Nani pada big match melawan Liverpool demi 3 poin melawan Otelul Galati. Apalagi pada 2 pertandingan sebelumnya MU hanya mampu meraih 2 hasil seri. Prediksi skor akhir 3-0.

Hasil pertandingan: 2-0

3. Real Madrid vs Lyon.
Ulasan: Madrid akan mampu menggelontorkan lebih dari 2 gol. Tapi menilik tim sekelas Real Betis dan Rayo Vallecano saja yang mampu mencetak gol ke gawang Casillas, tampaknya Lyon paling tidak mampu melesakkan minimal 1 gol. Prediksi skor akhir 3-1.

Hasil pertandingan: 4-0

4. Lille vs Inter.

Ulasan: melihat kondisi Inter yang tak kunjung membaik di pentas domestik, kemenangan tipis akan diraih Inter. Pemain yang memiliki kualitas ditas pemain Lille, serta ambisi untuk mengulang kejayaan 2 musim lalu akan melecut semangat pasukan Inter. Prediksi skor akhir 1-2

Hasil pertandingan: 0-1

5. Manchester City vs Villareal
Ulasan: City sulit untuk menang dengan skor besar melawan Villareal. Pertimbangannya adalah Villareal sedikit lebih berpengalaman ketimbang City, meskipun skuat Mancini sangat superior dari segi harga. Namun karena bermain didepan publik sendiri, City akan memastikan raihan 3 poin pertama. Prediksi skor akhir 2-0.

Hasil akhir: 2-1

Friday, October 7, 2011

0 Man Behind Trophies

Siapa bilang langkah sebuah klub sepakbola ditentukan 1 pelatih dan 11 pemain dilapangan? Hal ini tak berlaku dalam kamus klub-klub Serie-A. Prestasi-prestasi klub-klub Italia sangat bergantung kepada kepiawaian para petinggi-petinggi klub. Tak percaya? Berikut akan saya beberkan tentang sepak terjang Juventus dan AC Milan yang masing-masing sukses dipentas lokal dan Eropa.

AC Milan, klub yang lahir pada tahun 1889 ini sangat beruntung bisa mencantumkan nama Adriano Galliani dalam jajaran klub. Pria plontos ini adalah otak dari segala aktifitas transfer Milan. Ia mempunyai kemampuan menilai pemain layaknya seorang scout talent, dan dikenal sebagai negosiator ulung. Kedekatannya dengan pemilik klub, Silvio Berlusconi, menjadikannya sebagai tangan kanan PM Italia tersebut. Kendati hanya menjabat sebagai Wakil Presiden dan CEO AC Milan, segala keputusan akan bermuara kepadanya. Nama-nama seperti Andriy Shevchenko, Rui Costa, Filippo Inzaghi, Clerence Seedorf, Andrea Pirlo, hingga Ibrahimovic dan Robinho diyakini tak akan berlatih di Milanello jika bukan karena kelihaian Galliani. Pun halnya dengan keputusan menunjuk Carlo Ancelotti dan Massimiliano Allegri sebagai pelatih.

Belum lagi berbagai kebijakan aneh yang ia terapkan ketika dalam bernegosiasi. Melihat retaknya hubungan Ibrahimovic dan Pep Guardiola, Galliani langsung memasukkan proposal ke klub Catalan itu. Meski dana yang dimiliki terbatas, tak menggetarkan hasrat Galliani untuk mendapatkan tanda tangan Ibra. Dasar negosiatos ulung, opsi peminjaman dengan pembelian diakhir musim disepakati kedua belah pihak. Lain halnya denganBoateng. Milan tak punya dana untuk mendatangkan pemain asal Ghana ini, namun kedekatan Milan dengan Genoa dimanfaatkan betul oleh AC Milan. Galliani berhasil merayu kubu Genoa untuk membeli Boateng tetapi kemudian langsung dipinjamkan ke Milan, dan akan dibeli diakhir musim. Singkat cerita kedua pemain ini lah menjadi tulang punggung Milan meraih Scudetto 2011.

Mengawali musim 2011/2012, Galliani tak berhenti untuk memburu pemain, lagi-lagi dengan dana yang terbatas. Walau tak satu pun antara Ricardo Montolivo dan Thiago Motta yang berhasil digaet, skema apik telah disiapkan Milan, dan lagi-lagi dengan Genoa. Skema pertama, Milan akan membantu Genoa dalam membeli Alberto Gilardino, dan Genoa akan merekrut Montolivo yang langsung akan dipinjamkan ke Milan persis seperti kasus Boateng. Hal in dikarenakan Fiorentina mematok harga yang berbeda soal Montolivo, yang pasti lebih mahal untuk kubu AC Milan. Nah, skema kedua, Milan akan memanfaatkan Genoa untuk mendapatkan Thiago Motta dari Inter Milan. Sangat masuk akal, karena bila Milan yang langsung mengontak kubu Nerazzuri, sangat kecil harapan untuk mendapatkan tanda tangan Motta. Opsi ini sebetulnya hampir saja terealisasi, namun mendengar kabar ini Massimo Moratti buru-buru untuk membatalkan transfer Motta ke Genoa.

Romantisme Milan dengan Galliani juga terjadi di Juventus. Kali ini, pelakunya adalah Luciano Moggi. Sebelum dirinya di hukum tidak boleh aktif disepakbola seumur hidup, Juventus telah dibawanya ke singgasana tertinggi sepakbola Italia, plus dengan materi pemain-pemain mumpuni. Pavel Nedved, Camoranesi, Tacchinardi, Gianluigi Buffon, David Trezeguet, hingga Fabio Cannavaro didatangkan berkat kecerdikan Moggi. Pasca turun kasta ke Serie-B, praktis Juventus pun tak lagi mempunyai Direktur Teknik seperti Moggi. Tahun 2010, pers Italia mengabarkan bahwa Juventus ingin meminang Galliani dari AC Milan. Juventus sangat berambisi untuk mematahkan dominasi Inter Milan setelah kembali ke Serie-A, sebelum akhirnya Milan yang berhasil mematahkan gelar ke-6 berturut-turut Inter.

Nah, pilihan Juventus akhirnya jatuh kepada Bepe Marotta. Pria kelahiran Varese, 25 Maret 1957 ini "dibajak" dari Sampdoria. Jangan sepelekan kemampuan Marotta. Tahun 1995, Marotta bekerja untuk klub Serie-B, Venice sebagai Direktur Teknik, dan 2 musim kemudian Venice berhasil promosi ke Serie-A. Setelah itu ia dipinang Venezia, walau tak mampu mengangkat prestasi tim, Marotta tetap sukses dengan mengangkat karir Alvaro Recoba hingga menjadi pemain top Eropa. Tahun 2000, ia mengabdi untuk Atalanta, kali ini sebagai Manajer Umum. Atalanta mampu finis di peringkat ke-7 pada musim 2000/2001, dan posisi ke-9 pada 2001/2002. Prestasi luar biasa mengingat Atalanta adalah pelanggan zona degradasi.

Musim 2002/2003, ia pindah ke Sampdoria. Seperti klub-klub sebelumnya, prestasi Sampdoria terangkat. Diawali dengan mendatangkan Antonio Cassano dan Gianpaolo Pazzini dari Real Madrid dan Fiorentina, musim 2009/2010 Sampdoria berhasil finis diperingkat 4 dan berhak ikut kualifikasi Liga Champions. Seabrek prestasi inilah yang kemudian membuat Andrea Agnelli kepincut untuk meminangnya sebagai salah satu staf di Juventus. Dan pada penghujung musim 2009/2010 ia resmi bertugas untuk Juventus dan memulai membangun kerangka tim dengan membawa serta Luigi Del Neri dari Sampdoria sebagai pelatih. Begitu pentingnya peran seorang Marotta bagi Sampdoria terlihat ketika setahun ia hengkang dari Luigi Feraris, Sampdoria terdegradasi ke Serie-B!

Musim 2010/2011, Juventus belum mampu berbicara banyak dipentas lokal. Mereka bahkan tak mampu lolos ke zona Europa League untuk musim 2011/2012. Namun itu tak membuat Andrea Agnelli sebagai Presiden Juventus berhenti untuk melakukan revolusi. Ia tak segan-segan merogoh kocek dalam-dalam untuk Arturo Vidal hingga Mirko Vucinic, dan mempertahankan pilar-pilar lama seperti Bonucci, Chiellini, dan Milos Krasic. Dan jangan lupakan Antonio Conte, pelatih muda yang berhasil membawa Siena promosi ke Serie-A. Sejauh ini, Juventus telah menunjukkan tren positif dengan bertengger diperingkat pertama mengungguli tim-tim papan atas seperti AS Roma, Inter Milan, Napoli, hingga sang juara bertahan AC Milan yang kini masih berkutat dengan masalah kebugaran pemain. Saya sendiri sejak awal musim menempatkan Juventus sebagai unggulan pertama untuk meraih scudetto musim ini. Mereka sangat diuntungkan dengan hanya bermain di kompetisi lokal sementara kompetitor seperti Milan, Inter, dan Napoli harus berjuang dipentas Eropa. Belum lagi Milan yang musim ini tak lagi mematok Serie-A sebagai prioritas, melainkan Liga Champions.

Mungkin inilah alasan kenapa Inter Milan tak mampu mengungguli Milan dan Juventus sebelum calciopoli, karena mereka tak mempunyai orang yang mengerti kebutuhan tim seperti Moggi dan Galliani. Komentar pedas Moggi ada benarnya, ia mengatakan bahwa Inter Milan butuh calciopoli jilid II untuk kembali merengkuh scudetto. Milan dan Juventus sudah kembali ke trek juara mereka, dan ditambah Roma yang juga berambisi penuh setelah dibeli pengusaha AS, Di Benedetto. Jangan lupakan pula Napoli, klub yang ingin mengulang kisah manis mereka ketika masih bersama Maradona.

Dan kini kita tahu, siapa pria dibalik trofi-trofi mentereng Milan dan Juventus. Tanpa mereka, mungkin lemari trofi akan tak sesesak kini, seperti lemari trofi tetangga sebelah.

Wednesday, September 28, 2011

0 Semoga Inter Milan Meneruskan Tradisi


Jangan tergopoh-gopoh untuk menafsirkan bahwa saya berdo'a agar Inter Milan dapat merengkuh gelar musim ini. Juara memang sudah menjadi tradisi Inter sejak calciopoli mendera persepakbolaan Itali. Seluruh trofi sudah berhasil diangkat oleh Javier Zanetti cs. termasuk Liga Champions dan Piala Dunia Antar Klub. Namun, sejak Mourinho angkat kaki dari Giuseppe Meazza, Inter tampaknya sudah kembali ke track mereka.

Ada dua, yang pertama adalah "hobi" sang presiden klub yang kerap kali gonta-ganti pelatih. Hobi tersebut sempat terhenti ketika Mancini dan Mourinho menangani tim. Wajar saja, kedua pria tersebut berhasil menambah pundi-pundi gelar bagi Inter Milan. Namun, memasuki musim 2010/2011, kebiasaan buruk tersebut kembali kumat ketika Rafael Banitez didepak dari kursi kepelatihan dan kemudian diganti Leonardo.Kesuksesan luar biasa dicapai Leonardo. Selisih poin yang jauh dengan pemuncak klasemen kala itu, AC Milan, berhasil dipangkas. Walaupun pada akhirnya AC Milan lah yang mengangkat trofi scudetto, tapi Leonrado berhasil menggondol gelar Coppa Itali ke markas Inter. Singkat kata, Leonardo patut disematkan sebagai orang yang sukses.

Namun apa yang terjadi kemudian? Leonardo justru angkat kaki dari Inter Milan dan menuju Paris Saint Germain untuk mengemban tugas sebagai direktur teknik. Perselisihan dengan Moratti ditengarai sebagai penyebabnya. Taipan minyak itu diklaim tidak suka dengan Leonardo yang terlalu meminta keleluasaan penuh untuk mengatur tim termasuk transfer pemain.

Kemudian Inter menunjuk Gasperini untuk menangani tim. Pemilihan yang cukup mengagetkan insan sepakbola memang, karena hampir seluruh karir kepelatihan Gasperini hanya berkutat dengan klub-klub medioker. Seperti yang sudah diprediksi, Gasperini tak kan bertahan lama di kursi panas pelatih Inter Milan. Pasca kekalahan dari tim promosi Novara, Gasperini pun didepak!

Nah, yang kedua adalah penunjukan Claudio Ranieri untuk menggantikan Gasperini. Entah mitos atau bukan, Ranieri adalah spesialis runner-up. Dan ini sangat menarik apakah Inter berhasil melanjutkan "tradisi" ini. Kita mulai dari Chelsea. Ketika raja minyak Rusia, Roman Abaramovic mengakuisisi kepemilikan Chelsea, Ranieri diberikan keleluasaan untuk membangun tim. Namun, gelar pertama bagi Chelsea di era Abramovic justru datang ketika Mourinho didaulat sebagai pelatih. Ranieri hanya mampu mengantar Chelsea finis diperingkat kedua. Karir pria Itali ini berlanjut ketika menangani Juventus pasca promosi dari Serie-B. Mengusung misi untuk segera kembali berjaya diranah Itali, Juventus hanya mampu finis di peringkat kedua. Namun daya pikat Ranieri tak habis, kali ini serigala ibu kota Italia, AS Roma, menunjuknya sebagai pelatih. Asa sempat memuncak tinggi ketika AS Roma berhasil menduduki peringkat satu ketika liga memasuki pekan-pekan akhir. Dan, ketika AS Roma gagal melewati hadangan Sampdoria, Inter Milan kembali merebut puncak klasemen dan mempertahankannya hingga akhir musim. AS Roma harus puas finis di peringkat kedua.

Mourinho memang terkenal arogan, tetapi psy war -nya yang mencap Ranieri dengan Mr. Runner-Up rasanya tak berlebihan bila kita menilik CV Ranieri. Namun, bagi saya, penunjukan Ranieri adalah opsi yang terbaik. Meskipun ia gagal mempersembahkan gelar, ia adalah pelatih yang tak fanatik dengan formasi dan gaya bermain. Ia tak akan gengsi untuk mengadopsi gaya bermain pelatih-pelatih pendahulunya, dan sosok yang seperti inilah yang sangat dibutuhkan Inter Milan mengingat Mourinho telah mewariskan skuad yang mumpuni bagi Inter Milan sebelun hijrah ke Madrid. Ketika di Juventus, pakem 4-4-2 tak canggung diterapkannya, pindah ke AS Roma taktik Luciano Speletti berupa 4-2-3-1 tak sungkan untuk dimaksimalkan.


Jadi, tradisi juara Inter Milan, atau kah tradisinya sendiri yang mampu dilanjutkan? Sebagai Milanisti pastinya saya berharap ia mampu melanjutkan prestasinya itu, pun halnya dengan Anti Inter Squad lainnya. Menarik untuk ditungguh kiprahnya musim ini. Bagaimana, Mr. Runner-Up?

Monday, September 19, 2011

0 Kisah Kasih di Sekolah



Asrama Kelas Unggulan SMA Negeri 1 Pemali, sebuah tempat dimana anak-anak lulusan SMP dan sederajat se-Bangka dan Belitung dikumpulkan setelah lolos serangkaian tes. Angkatan pertama dirintis sejak tahun 2000, dan saya resmi bergabung pada tahun 2006 atau angkatan ke-7. Angkatan kami berjumlah 40 orang, dan kami sendiri menamakan angkatan kami dengan nama Katom yang terbentuk pada 12 Agustus 2006.

Well, yang namanya anak muda, 3 tahun selalu bersama, selalu satu kelas, selalu bertemu sejak bangun hingga makan malam, niscaya benih-benih cinta akan tumbuh. Kali ini Gemahpedia akan memberikan bocoran beberapa hubungan yang sempat terjalin dalam kurun waktu medio 2006 hingga medio 2009.

1. Gemah dan Shofi.






Status hubungan selama SMA: Pacaran.
Keterangan: terlalu banyak keterangan.

2. Gemah dan Regies.
Status hubungan selama SMA: Rumor.
Keterangan: -

3. Wegi dan Wulan.





Status hubungan selama SMA: sempat berpacaran.
Keterangan: Tak banyak informasi yang bisa didapat dari duet WW ini.

4. Wegi dan Poppy.

Status hubungan selama SMA: sempat berpacaran.
Keterangan: Wegi melanjutkan kisah cintanya dengan Poppy yang penuh perjuangan nan heroik dan berdarah-darah. Maklum, Wegi berhasil menggaet Poppy ketika Poppy masih berstatus milik orang lain (Arga).


Kemesraan yang tampak dari Poppy dan Arga sebelum pada akhirnya harus berakhir melalui diskusi ketat di parkiran sekolah.

5. Rifki dan Widya.
Status hubungan selama SMA: Rumor.
Keterangan: Kisah mereka awalnya terendus dari ejekan Julia. Sayang, hingga kini tak ada kelanjutan dan kepastian yang jelas dari mereka berdua.

6. Novan dan Rika.
Status hubungan selama SMA: Gelap.
Keterangan: Satu-satunya yang ingin saya bongkar adalah isi pesan singkat Rika kepada Novan, kurang lebih berbunyi,"Ku sayang k. Sangat."

7. Suhendri dan Khoti.
Status hubungan selama SMA: Rumor.
Keterangan: Rumor ini merebak lantaran Khoti dan Suhendri berasal dari desa yang sama, Kemuje.

8. Agus dan Ela.




Status hubungan selama SMA: Gelap.
Keterangan: Kalau ada yang bilang aksi tampar-tamparan saya dan Sofi adalah sebuah aksi yang ekstrim, Anda salah. Seingat saya, Ela pernah memegang gunting ketika berselisih paham dengan Agus. Uniknya, Agus pernah mendatangi Ela dengan wajah bersimbah air mata dan meminta maaf setelah mendengar khutbah Jum'at. Sejak itu, hubungan mereka selalu hangat untuk diperbincangkan.

9. Andar dan Kiki.


Status hubungan selama SMA: sempat berpacaran.
Keterangan: Selama berpacaran, Andar selalu tertawa dan Kiki selalu bersedih.

10. Edy dan Ela.
Status hubungan selama SMA: Rumor.
Keterangan: Tak jelas dari mana asalnya isu ini.

11. Wegy dan Siti
Status hubungan selama SMA: cinta bertepuk sebelah tangan.
Keterangan: Hasrat Wegi tak mendapat respons yang positif dari Siti. Terjadi ketika awal-awal perjumpaan.

12. Firza dan Julia.
Status hubungan selama SMA: Rumor.
Keterangan: -

13. Reval dan Mugi.



Status hubungan selama SMA: tampaknya sempat berpacaran.
Keterangan: Gelagat yang tak biasa selalu ditunjukkan Reval. Kalaupun tidak berpacaran, paling tidak Reval yang mengejar-ngejar Mugi.

14. Andar dan Devi.
Status hubungan selama SMA: Rumor.
Keterangan: Ketika dimintai keterangan, kedua belah pihak memilih bungkam.

15. Teguh dan Mei.


Status hubungan selama SMA: sempat berpacaran.
Keterangan: Sudah jauh, bahkan sudah merekayasa mengenai "Teguh Junior".

16. Teguh dan Adek.


Status hubungan selama SMA: Pernah dekat
Keterangan: Teguh bersaing dengan Yudi. Dan naas, dia kalah telak!

17. Ogi dan Ayim.



Status hubungan selama SMA: Rumor.
Keterangan: Ogi dilabeli Buser, dan Ayim berlabel psikopat, dan bila hubungan ini benar-benar terwujud, inilah pasangan terseram yang pernah ada. Haha, bukan-bukan, itu hanya guyonan. Cerita yang sebenarnya? No Comment.

18. Akhirul dan Regies.
Staus hubungan selama SMA: sempat berpacaran.
Keterangan: -

19. Akhirul dan Ayim
Status hubungan selama SMA: Alhamdulillah cuma rumor.
Keterangan: -

20. Agus dan Adek.


Status hubungan selama SMA: Alhamdulillah ya, cuma rumor.
Keterangan: -

21. Joko dan Ita.
Status hubungan selama SMA: Rumor.
Keterangan: -

22. Joko dan Mugi.
Status hubungan selama SMA: Rumor.
Keterangan: Bersaing dengan Amad.

23. Amad dan Mugi.

Status hubungan selama SMA: Rumor.
Keterangan: Bersaing dengan Joko. Bahkan, ketika Amad sedang emosi dan "dikompori" oleh beberapa orang termasuk saya, Amad hanya mengejar dan memukul satu orang, yakni Joko. Modusnya tak jelas. Apakah karena dilatarbelakangi cinta, atau hanya karena Amad kalah tampan.

24. Joko dan Regies.
Status hubungan selama SMA: Rumor.
Keterangan: Bersaing dengan Amad.

25. Amad dan Regies.
Status hubungan selama SMA: Rumor.
Keterangan: Isu ini sempat mengapung kepermukaan ketika MOS sekolah, namun sempat terhenti ketika konon katanya saya dekat dengan Regies. Namun menjelang akhir kebersamaan, kisah cinta mereka kembali merebak.


(Jangan tertipu dengan senyum Joko, ia serius melakukan aksi ini. Mungkin sudah bosan karena melulu harus bersaing dengan Amad)

Sebagian dari hubungan-hubungan diatas ada yang berakhir dengan senyuman, namun ada juga yang berkahir dengan permusuhan, mungkin hingga sekarang. Apapun itu, saya tak bermaksud untuk mengorek-ngorek masa lalu kalian semua. Kalaupun perasaan itu masih melekat dan asa pun masih terjaga, tak ada salahnya jika memang dilanjutkan, dimulai, atau dirajut kembali. Atau mungkin terus bersaing seperti Amad dan Joko. Percaya tidak percaya, saya tidak pernah menyayangi teman seperti saya menyayangi kalian semua. Saya tak pernah mengerti baik buruknya orang seperti saya mengerti kalian. Saya yakin kalian juga begitu, dan rasanya tak ada yang lebih indah ketimbang mencintai dan dicintai orang yang mengerti kita dengan begitu dalamnya. Para astri yang konon diakui kecantikannya, tak ada salahnya kalian jatuh kepelukan astra-astra yang tak begitu cukup tampan tetapi punya tekad kuat untuk memperbaiki keturunan. Namun, apapun itu, jangan paksa saya untuk bercerita tentang sepak terjang cinta pria yang satu ini:
Playboy

Monday, June 27, 2011

0 I'm Talking About Number One


26 Juni adalah hari lahir seorang legenda dan kapten sejati bagi AC Milan serta timnas Itali, Paolo Maldini. Pemain yang paling loyal, hanya ada satu klub dalam CV pria satu ini, yakni AC Milan. Kesetiannya tak sedikit pun goyah meskipun ditawar jutaan poundsterling. Maka, tak heran Milan menjadikan nomor punggung 3 sebagai angka keramat, yang sekarang telah dipensiunkan penggunannya seiring berakhirnya karir sepakbola profesional Maldini.

Permainan yang cenderung stabil selama kurang lebih 24 tahun karirnya, ditambah kepemimpinan yang kental terasa baik didalam maupun diluar lapangan, menjadikan pemain-pemain yang pernah menjadi rekan ataupun lawan Maldini tak canggung untuk melontarkan pujian.

Berikut adalah beberapa komentar mengenai sosok Il Capitano, baik yang pernah bermain satu tim dengannya ataupun sebagai lawan di rumput hijau.



"Paolo Maldini tidak pernah menyerah dan tidak pernah melewatkan sesi latihan setiap tahunnya." (Gennaro Gattuso)


"Paolo Maldini. Dia seorang atlit baik didalam atau diluar lapangan." (Alesandro Nesta)


"Paolo Maldini sulit untuk diatasi..karena ia cepat, kokoh, dan jarang melakukan pelanggaran." (Zinedine Zidane)


"Sangat sulit bermain melawan dia (Maldini), karena dia tidak akan pernah membiarkanmu menguasai bola." (Pippo Inzaghi)


"Bermain melawan Maldini sangat tidak mudah. Dalam 4 hingga 5 tahun partai derby, saya tidak pernah mencetak gol sekali pun! Karena ia bermain bagus." (Cristian "Bobo" Vieri)


"Paolo Maldini adalah pemain yang sangat elegan. Dia tidak akan pernah kehilangan sentuhan elegannya." (Maoro Tassotti)



"Paolo Maldini tidak pernah memberikan waktu kepada penyerang untuk berpikir." (Shevchenko)



"Ketika saya berpikir tentang pemain top saat ini, Lionel Messi jawabnya. Meski tak terlalu menakjubkan, namun Kaka juga mengesankan. Zidane juga brilian. Namun jelas bahwa Paolo Maldini adalah favorit saya. Dia adalah pribadi yang mengesankan, mempunyai jiwa kompetitif, dan meski tak terlalu menonjol dari sisi skill, namun karismanya telah mempengaruhi masa-masa jaya Milan." (Sir Alex Ferguson)


"Salah satu pesepakbola yang paling dihormati sepanjang masa, di dalam dan di luar lapangan. Ia bek yang tangguh, di kiri atau di tengah, dan juga rajin membantu serangan. Pada masa terbaiknya, ia sangat cepat, pengumpan yang hebat bahkan pencetak gol yang lumayan bagus. Maldini bermain di level tinggi bersama AC Milan selama 24 tahun. Itu mengagumkan! Ia juga selalu menyelesaikan masalah di lapangan menggunakan skill, tak pernah menerapkan trik-trik kotor." (Jaap Stam)


"Tak ada bek sayap lain yang lebih hebat sepanjang sejarah permainan ini. Bisa menggunakan kedua kakinya, dan di masa jayanya sangat aktif membantu serangan. Malam dimana Milan mencukur Barcelona pada final Liga Champions 1994, dia bermain sebagai bek sentral, ketika Franco Baresi dan Alessandro Costacurta terkena hukuman kartu. Tampaknya, dia sudah bermain di posisi itu sepanjang hidupnya." (Ronald Koeman)


"Paolo adalah salah satu conton pemain sensasional hasil didikan gaya bertahan Italia. Dia sangat elegan di lapangan, sering membantu serangan dan kadang mencetak gol di pertandingan besar untuk AC Milan atau Italia. Dia adalah panutan bagi bek yang muncul belakangan." (Gheorghe Hagi)


Namun, menurut saya, komentar yang paling pas datang dari mulut seorang Roberto Carlos. Bek kiri legenda Real Madrid dan Brasil yang sering disandingkan kemampuannya dengan Maldini. Pria plontos ini memberikan testimoni singkat tentang Maldini:

"If you're talking about Paolo Maldini, You're talking about number one."



Saturday, April 30, 2011

2 Mengempik Kenikmatan


Saya terlahir sebagai anak bungsu. Ketika SD sangat menginginkan seorang adik karena lelah menjadi bulan-bulanan dua orang kakak yang seperti paus jahatnya ketika berklaborasi menjahili saya.

Ibu menanggapinya dingin,"tuh, temen ibu ngelahirin, maen aja sama anaknya trus anggap adek sendiri".

Maka tak heran ketika SMP yang sering datang kerumah adalah Fauzan, Bagas, dan Dimas, anak tetangga-tetangga yang saat itu berusia 3 tahunan. Namun, SMA-lah fase dimana saya menemukan sosok adik sejati, yakni dalam diri seorang Muhammad Luthfan. Lebih istimewanya lagi, kami sama-sama lahir pada 1 januari!! Begitu istimewanya hingga musisi terkenal Iwan Fals membuat lagu "Galang Rambu Anarki" yang mengisahkan anaknya Galang yang lahir pada 1 januari. Tersirat dalam liriknya "terompet tahun baru manyambutmu.."



Luthfan penemuan terpenting dalam hidup saya. Sejak TK mencari siapa yang berulang tahun pada 1 januari, terus mencari kira-kira selama 10 tahun, dan bertemu ketika diperkenalkan kakanya Sofi. Awal bertemu dia bukan sosok yang ramah, bahkan cenderung pasif. Sebanyak apapun pertanyaan yang saya lemparkan, jawaban hanya berkisar pada "iya", "tidak", atau "gak tau". Itu pun tidak dibarengi respon menatap lawan bicara, paling-paling sorot matanya akan tertuju pada TV atau komik. Namun, itulah Luthfan. Saya tak pernah sungkan mendekatkan diri padanya. Dan sapaan "Bang.." pertamanya masih terngiang-ngiang hingga saat ini.

Awalnya, Sofi merupakan elemen penting ketimbang Luthfan. Tapi belakangan, saya anggap Sofi "hanyalah" merkuri yang digunakan dalam pengolahan bijih emas. Dari mata kuliah Pengolahan Bahan Galian yang saya tempuh, merkuri akan melepaskan emas dari pengotornya dan kemudian melapisinya hingga bertansformasi menjadi bullion. Merkuri kemudian akan dilepaskan kembali dengan dipanaskan pada suhu tertentu. Sewaktu-waktu, jika diinginkan, atau bila ingin mengirit ongkos pengolahan, merkuri bisa digunakan lagi untuk proses selanjutnya. Luthfan-lah sang emas itu. Dan Sofi hanyalah merkuri.

Pun dengn Almas, sama pentingnya meskipun tak seistimewa Luthfan. Untungnya Almas sedikit lebih ember sehinga menjadi informan berharga bagi saya.

Seorang teman pernah bertanya apakah saya cemburu Sofi bersanding dengan pria lain. Jawabannya tentu tidak. Namun, cemburu dengan rela itu beda, bung. Kalu konteksnya cemburu, justru yang harus dicemburui adalah saya. Terang saja, menaklukkan Sofi itu mudah! Menaklukkan Luthfan dan Almas lah perkara tersulit. Tak kurang saya butuh waktu 5 tahun untuk melakukan itu semua.

Meskipun terlihat sepele, melalui tulisan ini saya ingin menegaskan bahwa kepada Anda yang di Jakarta (seperti itu sapaan yang digunakan Sofi dalam akun Twitternya) calon kakak ipar Luthfan dan Almas, jangan harap Anda akan dikenakan sapaan "Bang", It's mine and I'm the real Abang. Dari mana pun Anda berasal. Suka tidak suka. Bahkan meskipun panggilan "Bang" sudah menjadi tradisi di keluarga Anda. Silahkan pilih sapaan "Mas", "kakak", "abok", "akak", "atok", "pak", "tole", "bung", "pak cik", "ayak" atau apalah. Jauh-jauh hari saya sudah mewanti-wanti Anda.

Sapaan "Bang", dari saya yang telah merasakan, jauh lebih sakral dari panggilan "yang", "honey", "kasih", atau panggilan-panggilan sayang lainnya. Keistimewaan sapaan "Bang" itu sama pentingnya ketika Fabio Capello menyatakan kepada pers bahwa "John Terry is the real captain". Bahwa ia adalah satu-satunya pemain yang pantas menyemat ban kapten itu. Bahwa dia bermain tanpa ban kapten tetapi selalu menjadi pemimpin di lapangan, dan juga pemimpin di ruang ganti.

Karena Anda tentu tak melewati saat-saat peralihan Luthfan dari masa anak-anak ke remaja.
Karena Anda tak pernah mengajarinya memasangkan dasi.
Karena Anda tak pernah dikirimya bola-bola karet.
Karena saya orang pertama yang memberikannya jersey bola.
Karena Luthfan tidak pernah merasakan kehilangan Anda dan berkata seperti ini kepada Sofi "Fan gak punya abang lagi".
Karena Anda tak pernah berafiliasi dengan Luthfan dan Almas merancang perayaan ulang tahun Sofi.
Karena Anda tak pernah diajak Luthfan ke pemandian air panas.
Karena saya orang pertama selain keluarganya yang mengantarkannya jalan-jalan keliling Jogja.
Karena Anda tak berulang tahun pada tanggal yang sama dengan Luthfan.
Karena Anda tak pernah antar-jemput Luthfan sewaktu masih menjadi siswa baru.
Karena Anda tak pernah memberikan Almas dan Luthfan es krim tiap bulan. (catatan: saya belum kerja)
Karena Anda tak pernah diceritakan Luthfan tentang Mentari.
Karena tak pernah mengantarkan Luthfan membeli kaset PS.
Karena Anda tak pernah mengejeki Almas dengen sapaan "Tavid".
Karena Anda tak pernah diajak Luthfan dan Almas makan.
….
Banyak lagi karena-karena yang lainnya, baik yang sudah ataupun akan ada. Sekalipun Anda melakukan hal-hal diatas, bersedihlah karena Anda tidak akan pernah menjadi yang pertama.

Jika Anda menyatakan perasaan sayang kepada seorang wanita, belumlah tulus bila Anda belum mencintai segenap keluarganya. Kurang lebih seperti itu yang dinasehati ibu saya. Dan saya mencintai keluarga ini. Luthfan dan Almas lah salah satu alasan saya mampu bertahan hingga saat ini, dan saya sedang menikmati peran membenci Sofi dan membuat Anda hanya menjadi bayang-bayang. Saya bukanlah Jose Mourinho, jadi ini bukan psywar, tetapi ini cuma peringatan bahwa I'M THE REAL ABANG, NOT YOU. Anda tidak ada apa-apanya. Pada foto diatas, Almas menandai saya difoto keluarga hasil kreativitasnya itu, Anda tidak.

If you read this, grazie, Bung..

Monday, April 4, 2011

0 Kepanikan Leonardo

(lagi-lagi kupersembahkan kepada astra Katomz yang penggila Bola. Dimuat di Bola, rubrik Suara Tifosi, edisi 2.179)



Masih ingat Derby Milan musim lalu ketika Milan dihajar 4 gol tanpa balas oleh inter? Ya, saat itu Leonardo masih menukangi tim Milan. Dalam pagelaran derby musim ini, Leonardo yang telah menyebrang ke kubu biru ternyata belum juga mampu membawa timnya menang. Inter kalah 3-0. Okelah ketika masih membesut Milan banyak pihak yang bisa memaklumi kekalahan 4-0 itu dikarenakan ia baru beberapa bulan mengantongi lisensi kepelatihan dan juga pertandingan derby yang berlangsung "prematur" dipekan ke-2. Namun, musim ini rasanya tak ada alasan bagi Leo untuk kembali menelan kekalahan telak di laga derby, keberhasilannya memangkas jarak dengan Milan menjadi tinggal 2 poin saja sebelum derby menjadikan banyak pihak yang menjagokan Inter akan memenangi laga derby ini.

Menurut pandangan saya, seorang Leonardo terlihat sangat panik menghadapi laga seperti ini. Pada pertandingan kemarin, kepanikan pertama Leo adalah memainkan formasi ultra ofensif dengan harapan mampu mencuri gol terlebih dahulu, namun justru Milan yang mampu mencetak gol. Panik dengan kebuntuan dibabak pertama membuat Inter diinstruksikan lebih ofensif lagi, namun apa lacur, Chivu harus diusir keluar akibat tindakannya kepada Pato. Ya, Leo terlihat semakin panik. Dalam keadaan yang semakin panik, senjata pamungkas Leo yang biasanya manjur dibeberapa pertandingan sebelumnya berupa naluri menentukan pemain pengganti tak ampuh. Cordoba, Stankovic dan Diego Millito yang masuk justru terlihat tak padu dengan pemain starter. Lini tengah yang seharusnya menjadi motor justru lumpuh, lini belakang kocar-kacir menghadang duet Pato-Robinho dan juga Boateng yang kerap coming from behind. Alhasil, 2 gol harus kembali bersarang digawang Julio Cesar.

Kepanikan Leo dilaga derby bukan hanya kali ini baru terlihat. Musim lalu, ketika Gattuso cedera ditengah pertandingan Leo lamban menyiapkan pemain pengganti. Dan sembari menunggu pemain pengganti siap (saat itu Seedorf), Gattuso malah menerima kartu kuning kedua dan merugikan Milan saat itu.

Leonardo masih harus banyak belajar. Namun ini bukan masalah, karena usianya masih muda dan juga ia seseorang yang tak gengsi untuk bertanya, seperti yang pernah diakui Mourinho. Tetap semangat, Leo!!

Saturday, April 2, 2011

2 Every Moment With You is the Sweetest One


Sudah memasuki April. Ada seseorang yang akan berulang tahun di april ini. Seseorang paling berpengaruh dalam hidupku. Seseorang berdarah Jawa. Seseorang yang aku cintai bahkan ketika aku membencinya. Seseorang yang akan aku relakan segenap hidupku hanya untuknya. Seseorang yang paling berjasa. Seseorang yang paling kubutuhkan hingga detik ini. Seseorang yang akan kuabadikan dalam setiap karya. Seseorang yang kusayangi saudara, ayah, hingga ibunya.

Seseorang yang kuucapkan namanya dalam setiap lantunan doa. Seseorang yang akan terpatri dalam sejarah hidup. Seseorang yang memiliki kekhasan. Seseorang yang memiliki derap langkah tegas. Seseorang yang berkarakter. Seseorang yang luwes. Seseorang yang cerdas. Seseorang yang sangat sangat sederhana.



Satu jawaban untuk seseorang tersebut: Ayah.

Ayah yang jarang ngomel. Ayah yang sangat bisa berkompromi. Ayah yang memiliki cita-cita tinggi untuk setiap anaknya. Ayah yang tepat waktu. Ayah yang datang kerja setengah jam sebelum jadwal dan pulang setengah jam sesudah jadwal. Ayah yang baik sekaligu ayahku yang pelit.

Ada satu kenangan ketika kecil. Anak-anak seusiaku saat itu pasti akan senang ketika dibelikan ayahnya mainan atau sepeda baru. Tapi, inilah kekhasan ayah, ia tak ingin dianggap sama dengan ayah-ayah yang lainnya. Suatu sore, hari jum'at, ketika ia pulang kerja, capek tentunya, sebungkus plastik ia letakkan disudut gudang, katanya pada ibu,"untuk Gemah". Ku awali dengan menerka: Mainan tapi bentuknya tak teratur, makanan tapi baunya tak sedap. Lantas apa? Ternyata "cuma" tanah liat. Ya, cuma! Komentar miring seperti itu wajar meluncur dari anak 7 tahun yang sedang mengidamkan mobil remote control.

Barulah besok pagi ia menjawab komentar miring itu, kebetulan hari sabtu ayah off dari kerjaannya sebagai pengawas diatas Kapal Ribut. Ayah ajarkan membuat asbak, pesawat, hingga mobil. Sambil mengolah tanah sesekali ayah membagi pengalamannya ketika kecil. Seperti halnya anak-anak Indonesia pada umunya, semasa kecil ayahku lebih suka bersinggungan dengan alam dikarenakan takdir hidup miskin. Ya, karena orang miskin sangat dominan dinegri ini, maka dari itu ayakhu masuk kedalam golongan anak-anak Indonesia. Tak ada mobilan apalagi nintendo. Lumpur-lumpur sawah menjadi sangat akrab karena dengan itulah kreasi si ayah kecil berkembang. Dewasa ini, aku baru mengerti, ayah ingin membagi pengalamannya bagaimana agar tetap bahagia meski hidup susah. Terus tertawa. Terus bersyukur.

Hal lain yang kukagumi dari ayah, ia seorang yang piawai dalam merangkai nama. Anak pertamanya bernama Sri Kusuma Lesmana Sari, kedua Dwin Prambudi, dan ketiga Gemah Prismandaru. Bibiku juga meminta sihir ayah agar nama anaknya sebagus kami, ayah memberikan Rahmah Sekar Sedayu. Tak sedikit orang yang memuji 4 nama diatas. Yang membuat ku semakin terkesima adalah belum pernah aku menemui seseorang yang bernama sama denganku, umumnya hanya Gema, bukan Gemah. Kegemaran ayah terhadap dunia perwayangan sedikit banyak mempengaruhi penamaan anak-anaknya. Namun, hingga kini aku belum mengerti betul arti namaku, karena setiap kali ditanya, ayah malah bercerita dunia wayang.

Hhhaaa…….masih banyak fakta menarik tentang ayah. Jadi ingat baris terakhir lirik soundtrack iklan Tropicana Slim:

"Every moment with you is the sweetest one"


Selamat ulang tahun, ayah..
Ayah, kalau kau membaca, tak perlu baca dari awal, cukup baca kalimat terakhir ini: "gemah sayang ayah"

(untuk ayahku yang berulang tahun pada 3 april)

Monday, March 28, 2011

0 Pembentukan Karakter Melalui Transfer Ilmu

(Tulisan ini saya persembahkan kepada rekan-rekan astra Katomz sesama penggila, pencinta dan penikmat sepakbola. Tulisan ini pernah dimuat di rubrik Oposan tabloid Bola edisi 2.162)


Seantero negri ini sedang memberikan sanjungan setinggi langit kepada seorang Alfred Riedl yang dikenal tegas dan mengutamakan kedisiplinan. Sebenarnya ia bukan orang pertama, kita juga masih ingat sosok seorang Petr Withe yang berhasil menyugukan permainan atraktif, atau Ivan Kolev yang piawai dalam memompa semangat. Tetapi, hingga saat ini nyaris tidak ada sosok lokal yang mampu menggantikan peran mereka. Terakhir, Benny Dollo yang menahkodai timnas kita justru tak mampu mambawa kemajuan. Sebenarnya ada Rahmad Darmawan yang disebut-sebut memenuhi kriteria sebagai peramu taktik top dengan bukti trofi bagi Persipura dan Sriwijaya FC, namum ia belum teruji dalam menangani timnas.



Sepakbola kita bukan hanya "mandek" dari segi prestasi, tapi juga dalam hal transfer ilmu. Masuknya pelatih asing berkualitas bagus sebenarnya bukan hanya harus dimanfaatkan para pemain, tetapi juga pelatih lokal untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya dan mengadopsi dari pola latihan hingga taktik. Berhasil menjadi juara di tingkat apapun dengan pelatih lokal tentu menambah gengsi tersendiri, yang secara tak langsung juga menunjukkan kemandirian sepakbola dalam negri. Piala AFF 2010 melejitkan nama Rajagobal sebagai orang Malaysia asli dan berhasil memberikan gelar bagi negaranya. Di ajang piala dunia juga demikian, Spayol (2010), Itali (2006), dan Brasil (2002) adalah tim yang berhasil membawa pulang trofi piala dunia dengan pelatih lokalnya, yakni Del Bosque, Lippi, dan Fereira.




Mari kita berkaca dari sepakbola Inggris yang timnasnya juga sedang puasa gelar. 5 besar klasemen EPL hingga pekan ke-27 berturut-turut adalah Man. United, Arsenal, Man. City, Tottenham, dan Chelsea. Tercatat hanya seorang Hary Redknapp yang merupakan orang Inggris tulen, 4 kompetitor lainnya adalah pria asing,  Alex Ferguson dari Skotlandia, Arsene Wenger dari Perancis, dan Roberto Mancini dan Ancelotti dari Itali. Hal ini berimbas ke timnas Inggris, mereka pun akhirnya meminta "sihir" seorang Capello yang juga berkebangsaan Itali untuk menangani Lampard cs. Orang Inggris terakhir yang menangani timnas Inggris ialah Steve McCLaren, yang sebelumnya membesut Middlesbrough dan justru berakhir tragis dengan tidak mampu lolos ke putaran final Piala Eropa 2008.



Bila Inggris seperti kesulitan mencari pelatih lokal yang mumpuni, beda cerita dengan Itali. Negeri yang terkenal dengan Pizza-nya ini seakan-akan kelebihan stok pelatih berkualitas hingga mereka pun harus hijrah kenegara-negara lain. Selain Mancini, Ancelotti, dan Capello di Inggris, ada pula Luciano Spalletti di Rusia dan Zaccheroni di Jepang. Belum lagi ada Di Matteo atau Zola sebelum dipecat WBA dan West Ham. Kompetisi dalam negri pun diramaikan oleh allenatore asli Itali. Tercatat hanya Inter yang tidak diarsiteki orang Itali asli di 5 besar klasemen sementara Serie A Italia hingga pekan ke-25.



Spanyol juga seakan tak mau kalah. Di 5 besar klasemen hanya Mourinho yang mampu menyelinap masuk diantara pelatih-pelatih asli Spanyol. Bahkan mereka pantas jumawa karena Guardiola (40), Unay Emery (43), atau Quique Sanchez Flores (46) adalah pelatih dengan usia sangat belia untuk seorang pelatih utama sebuah klub, tetapi mereka mampu menunjukkan kinerja luar biasa. Federasi sepakbola Spanyol pun tampaknya tak akan kesulitan mencari suksesor Del Bosque dimasa depan.



Keputusan klub-klub untuk mempercayakan orang pribumi sebagai arsitek tim automatically akan berimbas positif kepada tim nasional. Benefit inilah yang tidak dirasakan Inggris, mereka kesulitan mencari pelatih lokal berkualitas karena klub-klub papan atas mereka mempercayakan posisi krusial ini kepada orang asing. Saat ini Inggris tidak bermain dengan karakter mereka sendiri dikarenakan mereka ditukangi oleh Capello yang meskipun sudah melanglang buana tetapi tetap saja karakter permainan Itali tetap melekat erat dalam dirinya. Timnas yang dilatih oleh pelatih lokal akan mampu bermain dengan karakter mereka sendiri. Kemampuan Brasil bermain dengan jogo bonito, Spanyol dengan tiki-taka, Belanda dengan total voetball, atau Itali dengan pertahanan kokohnya dikarenakan dibesut oleh orang yang berkarakter setipe dengan karakter asli tim.



Namun, sesungguhnya titik awal dari perkembangan pelatih-pelatih Spanyol dan Itali ialah kemampuan mereka dalam menyerap ilmu dari pelatih-pelatih asing dengan cepat dan tepat, yang kemudian dikolaborasikan tanpa meninggalkan karakter permainan asli negara mereka masing-masing. Terbukti dengan Itali yang tak lagi cuma mengandalkan pertahanan tetapi juga mamiliki serangan mematikan, atau Belanda yang tak hanya piawai menyerang namun juga mamiliki pertahanan yang kokoh. Titik inilah yang belum dicapai oleh pelatih-pelatih lokal kita. Mendatangkan seorang Fatih Terim pun akan terasa percuma bila tidak ada transfer ilmu dari sang guru kepada murid. Kita tak perlu malu dan sungkan untuk belajar dari orang lain.



Sepakbola kita sendiri sesungguhnya belum memberikan batasan yang jelas seperti apa karakter permainannya. Karena, seperti halnya Inggris, kita masih bergantung kepada pelatih asing dan diperparah transfer ilmu yang lamban. Nah, mumpung saat ini ada seorang Alfred Riedl yang bukan pelatih kacangan, mari kita serap ilmunya, optimalkan kompetisi lokal sebagai lahan untuk bereksperimen, sajikan dengan karakter hasil bentukan kita sendiri, dan sebagai output kedepannya niscaya pelatih-pelatih lokal kita akan berbicara banyak di level yang lebih tinggi. Ingat, masa depan ada ditangan kita sendiri, dan sudah saatnya kita melepaskan ketergantungan.

 

Gemahpedia Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates