Saturday, April 30, 2011

2 Mengempik Kenikmatan


Saya terlahir sebagai anak bungsu. Ketika SD sangat menginginkan seorang adik karena lelah menjadi bulan-bulanan dua orang kakak yang seperti paus jahatnya ketika berklaborasi menjahili saya.

Ibu menanggapinya dingin,"tuh, temen ibu ngelahirin, maen aja sama anaknya trus anggap adek sendiri".

Maka tak heran ketika SMP yang sering datang kerumah adalah Fauzan, Bagas, dan Dimas, anak tetangga-tetangga yang saat itu berusia 3 tahunan. Namun, SMA-lah fase dimana saya menemukan sosok adik sejati, yakni dalam diri seorang Muhammad Luthfan. Lebih istimewanya lagi, kami sama-sama lahir pada 1 januari!! Begitu istimewanya hingga musisi terkenal Iwan Fals membuat lagu "Galang Rambu Anarki" yang mengisahkan anaknya Galang yang lahir pada 1 januari. Tersirat dalam liriknya "terompet tahun baru manyambutmu.."



Luthfan penemuan terpenting dalam hidup saya. Sejak TK mencari siapa yang berulang tahun pada 1 januari, terus mencari kira-kira selama 10 tahun, dan bertemu ketika diperkenalkan kakanya Sofi. Awal bertemu dia bukan sosok yang ramah, bahkan cenderung pasif. Sebanyak apapun pertanyaan yang saya lemparkan, jawaban hanya berkisar pada "iya", "tidak", atau "gak tau". Itu pun tidak dibarengi respon menatap lawan bicara, paling-paling sorot matanya akan tertuju pada TV atau komik. Namun, itulah Luthfan. Saya tak pernah sungkan mendekatkan diri padanya. Dan sapaan "Bang.." pertamanya masih terngiang-ngiang hingga saat ini.

Awalnya, Sofi merupakan elemen penting ketimbang Luthfan. Tapi belakangan, saya anggap Sofi "hanyalah" merkuri yang digunakan dalam pengolahan bijih emas. Dari mata kuliah Pengolahan Bahan Galian yang saya tempuh, merkuri akan melepaskan emas dari pengotornya dan kemudian melapisinya hingga bertansformasi menjadi bullion. Merkuri kemudian akan dilepaskan kembali dengan dipanaskan pada suhu tertentu. Sewaktu-waktu, jika diinginkan, atau bila ingin mengirit ongkos pengolahan, merkuri bisa digunakan lagi untuk proses selanjutnya. Luthfan-lah sang emas itu. Dan Sofi hanyalah merkuri.

Pun dengn Almas, sama pentingnya meskipun tak seistimewa Luthfan. Untungnya Almas sedikit lebih ember sehinga menjadi informan berharga bagi saya.

Seorang teman pernah bertanya apakah saya cemburu Sofi bersanding dengan pria lain. Jawabannya tentu tidak. Namun, cemburu dengan rela itu beda, bung. Kalu konteksnya cemburu, justru yang harus dicemburui adalah saya. Terang saja, menaklukkan Sofi itu mudah! Menaklukkan Luthfan dan Almas lah perkara tersulit. Tak kurang saya butuh waktu 5 tahun untuk melakukan itu semua.

Meskipun terlihat sepele, melalui tulisan ini saya ingin menegaskan bahwa kepada Anda yang di Jakarta (seperti itu sapaan yang digunakan Sofi dalam akun Twitternya) calon kakak ipar Luthfan dan Almas, jangan harap Anda akan dikenakan sapaan "Bang", It's mine and I'm the real Abang. Dari mana pun Anda berasal. Suka tidak suka. Bahkan meskipun panggilan "Bang" sudah menjadi tradisi di keluarga Anda. Silahkan pilih sapaan "Mas", "kakak", "abok", "akak", "atok", "pak", "tole", "bung", "pak cik", "ayak" atau apalah. Jauh-jauh hari saya sudah mewanti-wanti Anda.

Sapaan "Bang", dari saya yang telah merasakan, jauh lebih sakral dari panggilan "yang", "honey", "kasih", atau panggilan-panggilan sayang lainnya. Keistimewaan sapaan "Bang" itu sama pentingnya ketika Fabio Capello menyatakan kepada pers bahwa "John Terry is the real captain". Bahwa ia adalah satu-satunya pemain yang pantas menyemat ban kapten itu. Bahwa dia bermain tanpa ban kapten tetapi selalu menjadi pemimpin di lapangan, dan juga pemimpin di ruang ganti.

Karena Anda tentu tak melewati saat-saat peralihan Luthfan dari masa anak-anak ke remaja.
Karena Anda tak pernah mengajarinya memasangkan dasi.
Karena Anda tak pernah dikirimya bola-bola karet.
Karena saya orang pertama yang memberikannya jersey bola.
Karena Luthfan tidak pernah merasakan kehilangan Anda dan berkata seperti ini kepada Sofi "Fan gak punya abang lagi".
Karena Anda tak pernah berafiliasi dengan Luthfan dan Almas merancang perayaan ulang tahun Sofi.
Karena Anda tak pernah diajak Luthfan ke pemandian air panas.
Karena saya orang pertama selain keluarganya yang mengantarkannya jalan-jalan keliling Jogja.
Karena Anda tak berulang tahun pada tanggal yang sama dengan Luthfan.
Karena Anda tak pernah antar-jemput Luthfan sewaktu masih menjadi siswa baru.
Karena Anda tak pernah memberikan Almas dan Luthfan es krim tiap bulan. (catatan: saya belum kerja)
Karena Anda tak pernah diceritakan Luthfan tentang Mentari.
Karena tak pernah mengantarkan Luthfan membeli kaset PS.
Karena Anda tak pernah mengejeki Almas dengen sapaan "Tavid".
Karena Anda tak pernah diajak Luthfan dan Almas makan.
….
Banyak lagi karena-karena yang lainnya, baik yang sudah ataupun akan ada. Sekalipun Anda melakukan hal-hal diatas, bersedihlah karena Anda tidak akan pernah menjadi yang pertama.

Jika Anda menyatakan perasaan sayang kepada seorang wanita, belumlah tulus bila Anda belum mencintai segenap keluarganya. Kurang lebih seperti itu yang dinasehati ibu saya. Dan saya mencintai keluarga ini. Luthfan dan Almas lah salah satu alasan saya mampu bertahan hingga saat ini, dan saya sedang menikmati peran membenci Sofi dan membuat Anda hanya menjadi bayang-bayang. Saya bukanlah Jose Mourinho, jadi ini bukan psywar, tetapi ini cuma peringatan bahwa I'M THE REAL ABANG, NOT YOU. Anda tidak ada apa-apanya. Pada foto diatas, Almas menandai saya difoto keluarga hasil kreativitasnya itu, Anda tidak.

If you read this, grazie, Bung..

Monday, April 4, 2011

0 Kepanikan Leonardo

(lagi-lagi kupersembahkan kepada astra Katomz yang penggila Bola. Dimuat di Bola, rubrik Suara Tifosi, edisi 2.179)



Masih ingat Derby Milan musim lalu ketika Milan dihajar 4 gol tanpa balas oleh inter? Ya, saat itu Leonardo masih menukangi tim Milan. Dalam pagelaran derby musim ini, Leonardo yang telah menyebrang ke kubu biru ternyata belum juga mampu membawa timnya menang. Inter kalah 3-0. Okelah ketika masih membesut Milan banyak pihak yang bisa memaklumi kekalahan 4-0 itu dikarenakan ia baru beberapa bulan mengantongi lisensi kepelatihan dan juga pertandingan derby yang berlangsung "prematur" dipekan ke-2. Namun, musim ini rasanya tak ada alasan bagi Leo untuk kembali menelan kekalahan telak di laga derby, keberhasilannya memangkas jarak dengan Milan menjadi tinggal 2 poin saja sebelum derby menjadikan banyak pihak yang menjagokan Inter akan memenangi laga derby ini.

Menurut pandangan saya, seorang Leonardo terlihat sangat panik menghadapi laga seperti ini. Pada pertandingan kemarin, kepanikan pertama Leo adalah memainkan formasi ultra ofensif dengan harapan mampu mencuri gol terlebih dahulu, namun justru Milan yang mampu mencetak gol. Panik dengan kebuntuan dibabak pertama membuat Inter diinstruksikan lebih ofensif lagi, namun apa lacur, Chivu harus diusir keluar akibat tindakannya kepada Pato. Ya, Leo terlihat semakin panik. Dalam keadaan yang semakin panik, senjata pamungkas Leo yang biasanya manjur dibeberapa pertandingan sebelumnya berupa naluri menentukan pemain pengganti tak ampuh. Cordoba, Stankovic dan Diego Millito yang masuk justru terlihat tak padu dengan pemain starter. Lini tengah yang seharusnya menjadi motor justru lumpuh, lini belakang kocar-kacir menghadang duet Pato-Robinho dan juga Boateng yang kerap coming from behind. Alhasil, 2 gol harus kembali bersarang digawang Julio Cesar.

Kepanikan Leo dilaga derby bukan hanya kali ini baru terlihat. Musim lalu, ketika Gattuso cedera ditengah pertandingan Leo lamban menyiapkan pemain pengganti. Dan sembari menunggu pemain pengganti siap (saat itu Seedorf), Gattuso malah menerima kartu kuning kedua dan merugikan Milan saat itu.

Leonardo masih harus banyak belajar. Namun ini bukan masalah, karena usianya masih muda dan juga ia seseorang yang tak gengsi untuk bertanya, seperti yang pernah diakui Mourinho. Tetap semangat, Leo!!

Saturday, April 2, 2011

2 Every Moment With You is the Sweetest One


Sudah memasuki April. Ada seseorang yang akan berulang tahun di april ini. Seseorang paling berpengaruh dalam hidupku. Seseorang berdarah Jawa. Seseorang yang aku cintai bahkan ketika aku membencinya. Seseorang yang akan aku relakan segenap hidupku hanya untuknya. Seseorang yang paling berjasa. Seseorang yang paling kubutuhkan hingga detik ini. Seseorang yang akan kuabadikan dalam setiap karya. Seseorang yang kusayangi saudara, ayah, hingga ibunya.

Seseorang yang kuucapkan namanya dalam setiap lantunan doa. Seseorang yang akan terpatri dalam sejarah hidup. Seseorang yang memiliki kekhasan. Seseorang yang memiliki derap langkah tegas. Seseorang yang berkarakter. Seseorang yang luwes. Seseorang yang cerdas. Seseorang yang sangat sangat sederhana.



Satu jawaban untuk seseorang tersebut: Ayah.

Ayah yang jarang ngomel. Ayah yang sangat bisa berkompromi. Ayah yang memiliki cita-cita tinggi untuk setiap anaknya. Ayah yang tepat waktu. Ayah yang datang kerja setengah jam sebelum jadwal dan pulang setengah jam sesudah jadwal. Ayah yang baik sekaligu ayahku yang pelit.

Ada satu kenangan ketika kecil. Anak-anak seusiaku saat itu pasti akan senang ketika dibelikan ayahnya mainan atau sepeda baru. Tapi, inilah kekhasan ayah, ia tak ingin dianggap sama dengan ayah-ayah yang lainnya. Suatu sore, hari jum'at, ketika ia pulang kerja, capek tentunya, sebungkus plastik ia letakkan disudut gudang, katanya pada ibu,"untuk Gemah". Ku awali dengan menerka: Mainan tapi bentuknya tak teratur, makanan tapi baunya tak sedap. Lantas apa? Ternyata "cuma" tanah liat. Ya, cuma! Komentar miring seperti itu wajar meluncur dari anak 7 tahun yang sedang mengidamkan mobil remote control.

Barulah besok pagi ia menjawab komentar miring itu, kebetulan hari sabtu ayah off dari kerjaannya sebagai pengawas diatas Kapal Ribut. Ayah ajarkan membuat asbak, pesawat, hingga mobil. Sambil mengolah tanah sesekali ayah membagi pengalamannya ketika kecil. Seperti halnya anak-anak Indonesia pada umunya, semasa kecil ayahku lebih suka bersinggungan dengan alam dikarenakan takdir hidup miskin. Ya, karena orang miskin sangat dominan dinegri ini, maka dari itu ayakhu masuk kedalam golongan anak-anak Indonesia. Tak ada mobilan apalagi nintendo. Lumpur-lumpur sawah menjadi sangat akrab karena dengan itulah kreasi si ayah kecil berkembang. Dewasa ini, aku baru mengerti, ayah ingin membagi pengalamannya bagaimana agar tetap bahagia meski hidup susah. Terus tertawa. Terus bersyukur.

Hal lain yang kukagumi dari ayah, ia seorang yang piawai dalam merangkai nama. Anak pertamanya bernama Sri Kusuma Lesmana Sari, kedua Dwin Prambudi, dan ketiga Gemah Prismandaru. Bibiku juga meminta sihir ayah agar nama anaknya sebagus kami, ayah memberikan Rahmah Sekar Sedayu. Tak sedikit orang yang memuji 4 nama diatas. Yang membuat ku semakin terkesima adalah belum pernah aku menemui seseorang yang bernama sama denganku, umumnya hanya Gema, bukan Gemah. Kegemaran ayah terhadap dunia perwayangan sedikit banyak mempengaruhi penamaan anak-anaknya. Namun, hingga kini aku belum mengerti betul arti namaku, karena setiap kali ditanya, ayah malah bercerita dunia wayang.

Hhhaaa…….masih banyak fakta menarik tentang ayah. Jadi ingat baris terakhir lirik soundtrack iklan Tropicana Slim:

"Every moment with you is the sweetest one"


Selamat ulang tahun, ayah..
Ayah, kalau kau membaca, tak perlu baca dari awal, cukup baca kalimat terakhir ini: "gemah sayang ayah"

(untuk ayahku yang berulang tahun pada 3 april)

 

Gemahpedia Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates