Mengawali musim 2011/2012, Galliani tak berhenti untuk memburu pemain, lagi-lagi dengan dana yang terbatas. Walau tak satu pun antara Ricardo Montolivo dan Thiago Motta yang berhasil digaet, skema apik telah disiapkan Milan, dan lagi-lagi dengan Genoa. Skema pertama, Milan akan membantu Genoa dalam membeli Alberto Gilardino, dan Genoa akan merekrut Montolivo yang langsung akan dipinjamkan ke Milan persis seperti kasus Boateng. Hal in dikarenakan Fiorentina mematok harga yang berbeda soal Montolivo, yang pasti lebih mahal untuk kubu AC Milan. Nah, skema kedua, Milan akan memanfaatkan Genoa untuk mendapatkan Thiago Motta dari Inter Milan. Sangat masuk akal, karena bila Milan yang langsung mengontak kubu Nerazzuri, sangat kecil harapan untuk mendapatkan tanda tangan Motta. Opsi ini sebetulnya hampir saja terealisasi, namun mendengar kabar ini Massimo Moratti buru-buru untuk membatalkan transfer Motta ke Genoa.
Romantisme Milan dengan Galliani juga terjadi di Juventus. Kali ini, pelakunya adalah Luciano Moggi. Sebelum dirinya di hukum tidak boleh aktif disepakbola seumur hidup, Juventus telah dibawanya ke singgasana tertinggi sepakbola Italia, plus dengan materi pemain-pemain mumpuni. Pavel Nedved, Camoranesi, Tacchinardi, Gianluigi Buffon, David Trezeguet, hingga Fabio Cannavaro didatangkan berkat kecerdikan Moggi. Pasca turun kasta ke Serie-B, praktis Juventus pun tak lagi mempunyai Direktur Teknik seperti Moggi. Tahun 2010, pers Italia mengabarkan bahwa Juventus ingin meminang Galliani dari AC Milan. Juventus sangat berambisi untuk mematahkan dominasi Inter Milan setelah kembali ke Serie-A, sebelum akhirnya Milan yang berhasil mematahkan gelar ke-6 berturut-turut Inter.
Nah, pilihan Juventus akhirnya jatuh kepada Bepe Marotta. Pria kelahiran Varese, 25 Maret 1957 ini "dibajak" dari Sampdoria. Jangan sepelekan kemampuan Marotta. Tahun 1995, Marotta bekerja untuk klub Serie-B, Venice sebagai Direktur Teknik, dan 2 musim kemudian Venice berhasil promosi ke Serie-A. Setelah itu ia dipinang Venezia, walau tak mampu mengangkat prestasi tim, Marotta tetap sukses dengan mengangkat karir Alvaro Recoba hingga menjadi pemain top Eropa. Tahun 2000, ia mengabdi untuk Atalanta, kali ini sebagai Manajer Umum. Atalanta mampu finis di peringkat ke-7 pada musim 2000/2001, dan posisi ke-9 pada 2001/2002. Prestasi luar biasa mengingat Atalanta adalah pelanggan zona degradasi.
Musim 2002/2003, ia pindah ke Sampdoria. Seperti klub-klub sebelumnya, prestasi Sampdoria terangkat. Diawali dengan mendatangkan Antonio Cassano dan Gianpaolo Pazzini dari Real Madrid dan Fiorentina, musim 2009/2010 Sampdoria berhasil finis diperingkat 4 dan berhak ikut kualifikasi Liga Champions. Seabrek prestasi inilah yang kemudian membuat Andrea Agnelli kepincut untuk meminangnya sebagai salah satu staf di Juventus. Dan pada penghujung musim 2009/2010 ia resmi bertugas untuk Juventus dan memulai membangun kerangka tim dengan membawa serta Luigi Del Neri dari Sampdoria sebagai pelatih. Begitu pentingnya peran seorang Marotta bagi Sampdoria terlihat ketika setahun ia hengkang dari Luigi Feraris, Sampdoria terdegradasi ke Serie-B!
Musim 2010/2011, Juventus belum mampu berbicara banyak dipentas lokal. Mereka bahkan tak mampu lolos ke zona Europa League untuk musim 2011/2012. Namun itu tak membuat Andrea Agnelli sebagai Presiden Juventus berhenti untuk melakukan revolusi. Ia tak segan-segan merogoh kocek dalam-dalam untuk Arturo Vidal hingga Mirko Vucinic, dan mempertahankan pilar-pilar lama seperti Bonucci, Chiellini, dan Milos Krasic. Dan jangan lupakan Antonio Conte, pelatih muda yang berhasil membawa Siena promosi ke Serie-A. Sejauh ini, Juventus telah menunjukkan tren positif dengan bertengger diperingkat pertama mengungguli tim-tim papan atas seperti AS Roma, Inter Milan, Napoli, hingga sang juara bertahan AC Milan yang kini masih berkutat dengan masalah kebugaran pemain. Saya sendiri sejak awal musim menempatkan Juventus sebagai unggulan pertama untuk meraih scudetto musim ini. Mereka sangat diuntungkan dengan hanya bermain di kompetisi lokal sementara kompetitor seperti Milan, Inter, dan Napoli harus berjuang dipentas Eropa. Belum lagi Milan yang musim ini tak lagi mematok Serie-A sebagai prioritas, melainkan Liga Champions.
Mungkin inilah alasan kenapa Inter Milan tak mampu mengungguli Milan dan Juventus sebelum calciopoli, karena mereka tak mempunyai orang yang mengerti kebutuhan tim seperti Moggi dan Galliani. Komentar pedas Moggi ada benarnya, ia mengatakan bahwa Inter Milan butuh calciopoli jilid II untuk kembali merengkuh scudetto. Milan dan Juventus sudah kembali ke trek juara mereka, dan ditambah Roma yang juga berambisi penuh setelah dibeli pengusaha AS, Di Benedetto. Jangan lupakan pula Napoli, klub yang ingin mengulang kisah manis mereka ketika masih bersama Maradona.
Dan kini kita tahu, siapa pria dibalik trofi-trofi mentereng Milan dan Juventus. Tanpa mereka, mungkin lemari trofi akan tak sesesak kini, seperti lemari trofi tetangga sebelah.
0 comments:
Post a Comment